Wabah Flu H1N1 atau yang lebih dikenal dengan nama flu babi, yang saat ini membuat panik dunia, tahun 1918-1919 telah menewaskan sekitar 50 juta penduduk dunia dan satu juta diantaranya penduduk Indonesia. Saat itu, wabah flu H1N1 diketahui pertamakali di Spanyol dan kemudian menyebar ke Amerika Serikat. "Kalau saat ini wabah flu H1N1 berkembang dari Meksiko, mungkin kartena Meksiko dekat dengan Amerika Serikat.
Virus tipe influenza seperti flu H1N1 memang mengalami mutasi kira-kira 100 tahun sekali. Mutasi ini sangat mungkin terjadi karena saat membelah diri atau berkembang biak terjadi pergantian protein dan DNA yang ada dalam virusnya. "Virusnya mungkin masih sama, yakni H1N1, tapi susunan proteinnya telah berubah.
Begitu terjadi mutasi, lanjutnya, virus baru itu sifatnya sangat berbeda dengan aslinya sehingga tubuh manusia tidak lagi mengenalinya. "Begitu tubuh tidak mengenal, maka terjadi penyakit yang berat pada tubuh manusia"
Saat ini para pakar pengendali penyakit masih berupaya mencari jalan dalam mengatasi wabah flu H1N1 di Meksiko dan Amerika Serikat, dan dugaan kasus ini di negara lain.Para dokter di Meksiko memfokuskan penyelidikan mereka terhadap seorang bocah yang tinggal dekat peternakan babi. Bocah itu dipercaya sebagai manusia pertama yang terjangkit virus yang telah menewaskan ratusan orang dan menyebar di empat benua itu.
Untuk itu Edgar Hernandez, nama bocah itu, disebut sebagai "Patient Zero" oleh para dokter.
Edgar tinggal dengan keluarganya di desa La Glorin negara bagian Veracruz. Di tempat itu ditemukan kasus flu babi untuk pertama kalinya pada 2 April. Otoritas negara bagian sempat mengambila sample darah puluhan penduduk untuk diperiksa.
Hasil pemeriksaan laboratorium menyebutkan Edgar satu-satunya orang di Veracruz yang positif terinfeksi virus flu H1N1. Sementara yang lainnya hanya terkena flu biasa. Pejabat kesehatan kemudian memeriksa kembali sample Edgar setelah wabah flu H1N1 menjalar ke seluruh Meksiko dan membunuh ratusan orang.